Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
5 Masalah Gizi yang Mungkin Terjadi pada Bayi Serta Cara Penanganannya.
Sejak awal kelahiran, memerhatikan
segala asupan nutrisi harian merupakan salah satu hal penting untuk mencukupi
kebutuhan gizi bayi. Sayangnya, asupan gizi harian bayi kadang bisa tidak
sesuai dengan kebutuhannya sehingga menimbulkan masalah pada tumbuh kembang Si
Kecil. Apa saja gangguan atau masalah gizi yang berisiko dialami oleh bayi.
Berbagai masalah gizi pada bayi.
Status gizi bayi sejatinya sudah
mulai terbentuk sejak Ia berada di dalam kandungan hingga usianya genap dua
tahun. Rentang waktu tersebut juga dikenal dengan nama 1000 hari pertama
kehidupan dimulai sejak awal kehamilan atau periode emas.
Selama 1000 hari pertama atau periode
emas tersebut, diharapkan bayi memperoleh asupan zat gizi harian yang sepadan
dengan kebutuhannya.
Alasannya karena selama 1000 hari
pertama, pertumbuhan tubuh dan otak Si Kecil sedang berkembang dengan sangat
pesat. Asupan gizi yang cukup selama di dalam kandungan samapi usia bayi
menginjak dua tahun akan membuatnya lahir dan tumbuh dengan baik.
Sebaliknya, jika asupan gizi bayi
tidak terpenuhi secara optimal, kondisi ini bisa mengakibatkan tumbuh
kembangnya mengalami hambatan. Bahkan, terhambaynya tumbuh kembang Si Kecil
tersebut bisa saja sulit diperbaiki hingga akhirnya berpengaruh pada masa dewasanya
kelak.
Tak menutup kemungkinan, bayi bias
mengalami masalah gizi akibat dari asupan nutrisi harian yang kurang memadai.
Agar lebih paham, berikut beberapa masalah gizi pada bayi yang mungkin terjadi:
1.
Masalah gizi berat badan bayi lahir rendah.
Berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah salah satu masalah gizi pada bayi. Sesuai namanya,
kondisi berat badan lahir rendah ini terjadi ketika bayi yang baru lahir
memiliki berat badan di bawah rentang normal.
Idealnya, bayi
baru lahir tergolong memiliki berat badan normal jika hasil pengukuran ada di
rentang 2,5 kg atau 2.500 gr sampai dengan 3,5 kg atau 3.500 gr.
Jadi, apabila
berat badan bayi baru lahir yang berada di bawah 2.500 gr, menandakan bahwa Ia
mengalami masalah gizi berupa BBLR.
Namun, Anda
perlu ingat bahwa berat badan normal tersebut berlaku untuk bayi baru lahir di
usia kehamilan 37 – 42 minggu. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
beberapa kelompok berat badan lahir rendah pada bayi yakni:
·
Berat
badan lahir rendah (BBLR): berat lahir kurang dari 2.500 gr (2,5 kg)
·
Berat
badan lahir sangat rendah (BBLSR): berat lahir di rentang 1.000 gr sampai
kurang dari 1.500 gr (1kg hingga kurang dari 1,5 kg)
·
Berat
badan lahir amat sangat rendah (BBLASR): berat lahir kurang dari 1.000 gr
(kurang dari 1 kg)
Tindakan
penanganannya.
Cara perawatan
untuk masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah biasanya disesuaikan
kembali dengan gejala, usia, dan kesehatan tubuhnya secara umum.
Dokter
nantinya juga akan menilai seberapa parah kondisi Si Kecil untuk menentukan
Tindakan penanganan yang tepat.
Mengutip dari
University of Rochester Medical Center, perawatan untuk masalah pada bayi
dengan berat badan lahir rendah yakni:
·
Bayi
mendapat perawatan khusus di neonatal intensive care unit (NICU)
·
Pemantauan
pada suhu ruangan tidur bayi
·
Bayi
diberikan makanan khusus, entah melalui selang yang mengalir langsung ke perut
atau selang infus yang masuk ke pembuluh darah.
Selain itu,
badan kesehatan dunia WHO menyarankan pemberian ASI pada bayi yang mengalami
BBLR sejak baru lahir. Bahkan, akan lebih baik lagi jika pemberian ASI
diteruskan selama enam bulan penuh alias ASI ekslusif.
2.
Masalah gizi bayi kurang.
Gizi kurang
termasuk satu dari beberapa masalah gizi pada bayi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara asupan energi dan kebutuhan gizi harian.
Dengan kata
lain, asupan harian bayi dengan gizi kurang cenderung lebih sedikit dan tidak
mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya.
Berdasarkan
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak, bayi termasuk
dalam kelompok gizi kurang saat pengukuran berat badan menurut tinggi badannya
berada di bawah normal. Begini, pengukuran berat badan dan tinggi badan bayi
memiliki satuan Bernama standar deviasi (SD).
Normalnya,
bayi dikatakan memiliki gizi baik saat berat badan berdasarkan tinggi badannya
berada di rentang -2 SD sampai dengan 2 SD. Sementara jika Si Kecil mengalami
gizi kurang, pengukurannya berada di rentang -3 SD sampai kurang dari -2 SD.
WHO
menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang gizi pada bayi dapat mencakup
stunting, wasting, berat badan rendah, hingga kekurangan vitamin dan mineral.
Padahal,
mineral dan vitamin untuk bayi termasuk sebagian kecil zat gizi yang asupannya
tidak boleh kurang. Masalah gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara
tiba-tiba, melainkan telah terbentuk akibat kekurangan gizi dalam waktu yang
cukup lama.
Bayi yang
mengalami gizi kurang bisa saja telah mengalami ketidakcukupan nutrisi sejak
dalam kandungan maupun sejak dilahirkan. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh
asupan gizi bayi yang kurang maupun karena bayi susah makan.
Tindakan penanganannya
Bayi yang
mengalami gizi kurang sangat dianjurkan untuk mendapatkan ASI ekslusif selama
enam bulan penuh. Namun, penanganan tersebut hanya berlaku untuk bayi yang
masih berusia di bawah enam bulan.
Sementara untuk bayi di atas enam
bulan dengan kondisi gizi kurang bisa diatasi dengan cara pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) yang lengkap.
Lengkap di
sini berarti dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi Si Kecil. Selain itu, Anda
dianjurkan untuk tidak melewatkan makanan selingan atau camilan bayi di
sela-sela waktu makan utamanya. Jika perlu, bayi bisa diberikan MPASI yang
telah difortifikasi atau ditambahkan aneka zat gizi guna melengkapi kebutuhan
hariannya.
Sesuaikan juga menu MPASI dengan
selera makan bayi untuk membantu meningkatkan nafsu makannya.
3.
Masalah gizi buruk pada bayi.
Masalah gizi
lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan saat berat badan
berdasarkan tinggi badan bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya.
Permenkes No.2
Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak menjabarkan bahwa pengukuran bayi
dengan kategori gizi buruk yakni kurang dari -3 SD.
Sama halnya
seperti gizi kurang yang mencakup beberapa masalah, gizi buruk pun demikian.
Masalah gizi buruk pada bayi dapat dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan
marasmus-kwashirkor.
Marasmus
adalah kondisi gizi buruk karena asupan energi tidak tercukupi. Kwashiorkor
adalah masalah gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein pada
bayi.
Sementara
marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan dari keduanya yakni masalah karena
asupan protein dan energi kurang dari yang seharusnya.
Tindakan penanganannya.
Pengobatan
masalah gizi buruk pada bayi nantinya akan disesuaikan kembali dengan
kondisinya, misalnya mengalami marasmus, kwashiorkor, atau
marasmus-kwashiorkor.
Jika bayi mengalami marasmus,
penanganannya bisa dilakukan dengan memberikan susu formula F 75.
Susu formula F
75 diolah dari gula, minyak sayur, serta protein susu Bernama kasein yang
dicampur menjadi satu.
Selain itu,
asupan makanan bayi setiap harinya juga akan diatur agar mengandung zat gizi
yang cukup, termasuk kalori dan serta karbohidrat guna memenuhi kebutuhan
energinya.
Seperti bayi
dengan marasmus, masalah gizi berupa kwashiorkor pada bayi juga membutuhkan
pemberian susu formula F 75.
Namun,
pemberian makanan harian biasanya akan sedikit berbeda karena Si Kecil
sebaiknya mendapat makanan sumber kalori meliputi gula, karbohidrat, serta
lemak.
Setelah itu,
baru bayi boleh diberikan sumber makanan dengan kandungan protein yang tinggi
guna mencukupi kebutuhannya yang kurang.
Begitu pula
dengan penanganan kasus marasmus-kwashiorkor pada bayi yang bisa dilakukan
dengan menggabungkan kedua pengobatan sebelumnya.
Anda harus mengonsultasikan ke dokter
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
4.
Masalah gizi lebih pada bayi.
Masalah gizi
lainnya yang juga bisa dialami bayi yaitu kelebihan gizi. Kelebihan gizi alias
gizi lebih adalah kondisi saat berat badan berdasarkan tinggi badan Si Kecil
berada di atas rentang normalnya.
Bayi degan
gizi lebih bisa memiliki salah satu dari dua kondisi, yaitu antara berat badan
lebih (overweight) dan obesitas pada bayi.
Bayi dikatakan
memiliki berat badan lebih saat pengukurannya berada di rentang +2 SD sampao +3
SD. Sementara untuk obesitas berbeda dengan gemuk biasa karena berada di atas
pengukuran +3 SD.
Tindakan penanganannya.
Cara terbaik
untuk menangani masalah gizi lebih pada bayi yakni dengan mengatur asupan
makanan dan minuman hariannya.
Sebisa mungkin, Anda perlu menjaga
asupan makanan dan minuman harian Si Kecil agar berat badannya tidak semakin
meningkat.
Ganti selingan
seperti roti yang manis dengan memberikan buah-buahan untuk bayi. Bayi usia 0-2
tahun yang mengalami obesitas tidak perlu mengurangi asupan kalori harian.
Dokter
biasanya lebih menganjurkan untuk mempertahankan sekaligus mengurangi
peningkatan berat badan.
Jadi,
sebaiknya Anda tetap mengontrol jumlah kalori yang sesuai agar tidak berlebih.
Ini karena di masa 0-2 tahun ini, bayi sedang dalam proses pertumbuhan linier.
Artinya,
status gizi anak di masa depan atau saat Ia dewasa akan sangat ditentukan oleh
kondisinya saat ini.
Bila usia bayi
saat ini sudah masuk ke masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) tetapi
porsi dan jadwal MPASI bayi di luar aturan normal, coba benarkan kembali.
Berikan
frekuensi serta makan bayi yang tepat sesuai dengan usianya.
Jika ternyata dokter menyarankan agar
Si Kecil mengurangi asupan kalori harian, biasanya buah hati Anda akan
mendapatkan anjuran menu khusus. Hal ini bertujuan agar kebutuhan bayi tetap
terpenuhi dengan baik dan tidak menyebabkan kekurangan zat gizi tertentu yang
berisiko menghambat tumbuh kembangnya.
5.
Masalah gizi stunting pada bayi.
Stunting
adalah gangguan pertumbuhan pada tubuh bayi. Kondisi ini membuat panjang atau
tinggi badan bayi tidak sesuai dengan rata-rata anak seusianya.
Stunting pada
bayi bukan hal yang bisa dianggap remeh. Jika tidak segera diketahui dan
ditangani dengan tepat, stunting dapat membuat perkembangan fisik maupun
kognitif bayi terhambat dan kurang optimal di kemudian hari.
Hal ini
dikarenakan kondisi bayi yang mengalami stunting umunya sulit kembali normal
bila sudah terlanjur terjadi. Penilaian stunting pada bayi dan anak biasanya
dilakukan dengan memakai grafik pertumbuhan anak (GPA) dari badan kesehatan
dunia WHO.
Bayi bisa
dikatakan mengalami stunting saat hasil pengukuran panjang atau tinggi badan
menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Standar deviasi adalah
satuan yang dipakai dalam pengukuran panjang atau tinggi badan bayi.
Masalah gizi
stunting pada bayi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor
tersebut meliputi gizi ibu saat hamil, kondisi sosial ekonomi keluarga, asupan
gizi bayi, hingga kondisi medis bayi.
Secara lebih
rincinya, kondisi kesehatan dan asupan gizi ibu baik sebelum, selama, maupun
setelah kelahiran dapat berpengaruh pada pertumbuhan bayi.
Selain itu,
postur tubuh yang pendek, usia yang masih terlalu remaja untuk hamil, hingga
jarak kehamilan yang terlalu dekat juga berisiko membuat bayi mengalami
stunting.
Sementara pada
bayi, pemberian ASI ekslusif yang gagal da penyapihan (pembeian makanan padat)
terlalu dini merupakan beberapa faktor penyebab stunting.
Tindakan penanganannya.
Penanganannya
untuk masalah gizi stunting pada bayi dapat diupayakan dengan melakukan pola
asuh (caring). Tindakan pola asuh ini mencakup inisiasi menyusui dini
(IMD) saat baru lahir kemudian menyusui ASI ekslusif sampai usia bayi 6 bulan.
Selanjutnya,
bayi juga harus diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sampai usia 2 tahun
guna mendukung tumbuh kembangnya. Jangan lupa perhatikan juga frekuensi
pemberian ASI untuk bayi yang mengalami stunting seperti:
Jika bayi
menyusu ASI:
·
Usia
6-8 bulan: makan 2 kali per hari atau lebih
·
Usia
9-23 bulan: makan 3 kali per hari atau lebih
Jika bayi
tidak menyusu ASI:
·
Usia
6-23 bulan : makan 4 kali per hari atau lebih
Ketentuan ini
merupakan minimum meal frequency (MMF) alias frekuensi makan minimal.
MMF dapat diberlakukan untuk bayi stunting berusia 6-23 bulan dalam semua
kondisi.
Kondisi
tersebut meliputi bayi usia 6-23 bulan yang mendapat atau tidak lagi mendapat
ASI dan sudah makan MPASI (bentuk lunak, padat, maupun diberi susu formula bayi
karena tidak lagi mendapat ASI).
Kondisi-kondisi tersebut di atas
membutuhkan perhatian khusus dari dokter. Oleh karena itu, Anda perlu
mengonsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
Panduan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Bayi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apa pengaruhnya MPASI untuk perkembangan Bayi?
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar